Jumat, 26 November 2010

A DREAM <---- CERPEN

A DREAM
BY: AYU WULANDARI.S.
“coklat panas, sama hot lemon tea” ucap Cath seraya mengembalikan daftar menu dan melempar sebuah senyuman kepada pelayan, lalu ia kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela menatap hujan yang turun dengan derasnya.
“jadi, kamu udah mutusin mau bikin cerita tentang apa?” Tanya Dhyland Dengan tatapan yang menyejukan dan melempar seulas senyum yang hangat.
“apa? Tadi kau Tanya apa?” jawab Cath linglung.
“jadi, kamu mau mutusin cerita apa buat novel baru kamu” ujar Dhyland sabar
Tatapan itu, senyum itu lagi – lagi dua hal itu yang selalu membuat Cath berhenti bernafas. Dunia seperti berhenti dadanya sesak melihat hal tersebut. Namun ia segera pulih dari perasaan aneh itu dan langsung menjawab dengan lancar
“oh itu, mmm tentang mimpi. Aku aku ingin membuat buku tentang mimpi. Kau yang membuat aku punya keinginan untuk membuat buku tentang mimpi. Kau yang mengajarkan aku semuanya” jawab Cath semangat dengan mata berbinar – binar. Dhyland memandang gadis itu berceloteh, saat itu juga perasaan aneh itu kembali menyeruak dan merobek hatinya, dan pada saat itu juga dhyland merasakan hatinya seperti diremas.
“ Dhyland, kau bisa kan datang ke acara peluncuran buku-ku nanti. Aku sangat berharap kau datang dan menemani saat - saat mengerikan itu” ujar Cath manja seolah ia akan menghadapi sidang dimana ia harus dihadapkan pada dosen – dosen pemakan mahasiswa..
“ hey Cath, kau hanya akan meluncurkan buku dan berbicara kepada para wartawan itu, mengapa kau takut seperti ini?” ujar Dhyland seraya mengusap lembut kepala Cath dan hanya dibalas sesungging senyum gadis itu.
Tetap saja aku ingin kau terus bersama ku. Runtuk Cath dalam hati
“tapi, tetap saja… aku…. Ah sudahlah lupakan itu” ujar Cath bingung “ lalu bagaimana dengan kuliahmu?? Kapan kau akan sidang?” lanjut Cath
“mungkin 1 bulan lagi. Setelah itu aku akan co-ass. Sekarang aku sedang sibuk sekali mengurus semua hal itu. Di tambah lagi para dosen itu yang selalu jual mahal saat aku mencoba konsultasi” ujarnya seraya tersenyum
“oh ya dhyland besok aku..” ucapan Cath terputus saat dhylan tiba – tiba menerima telfon dari ponselnya. Dhyland mengangkat tangannya yang berarti Cath harus bersabar. Cath menatap Dhyland dengan pandangan kosong. Pikirannya kembali menerawang tentang betapa mempesonanya Dhyland. Matanya yang selalu memberikan pandangan sejuk, bibirnya yang selalu menyunggingkan senyum hangat, badannya yang tegap yang selalu siap kapanpun Cath butuhkan untuk menangis, lagi – lagi untuk ke seribu kalinya Cath menatap Dhylan dengan pandangan kagum.
“Cath..” panggil Dhyland dan tentu saja membuat Cath tersadar dari lamunannya.
“ ya?” jawab Cath sekenanya..
“tadi kau mau bilang apa?”
“oh, aku ingin mengajakmu besok ke taman. Pikiranku buntu. Aku bingung dimana lagi aku harus mendapatkan inspirasi novel –ku” celoteh Cath “ kau tau, disana biasanya semua orang melepaskan dan mengucapkan semua mimpi mereka. Mungkin atmosphere itu yang akan aku rasakan dan itu dapat membantu ku.” Ujar Cath panjang lebar yang hanya dibalas dengan senyum seraya berucap
“tentu saja aku akan menemani mu,”
***
Siang itu, siang yang sangat membahagiakan bagi Dhyland. Dimana ia dapat menghabiskan waktu bersama Cath. Lamunannya akan kejadian siang itu dimana ia sedang mengobrol bersama Cath di Café berputar lagi di kepalanya. Semua kejadian tanpa ada celah satupun yang terlupakan. Namun saat ia mengingat kembali, telfon yang ia terima saat itu yang mengabarkan bahwa ia akan menjalani co-ass di Jerman, hatinya kembali seperti diremas. Ia merasa tidak akan ada lagi kejadian seperti siang itu ataupun siang – siang sebelum itu. Dhyland kembali menatap langit malam dari beranda kamarnya. Tak ada satu bintang pun disana. Gelap. Hanya itu yang terbesit di hati Dhyland. Entah apa yang mendorongnya ia segera mengambil ponsel-nya dan menekan tombol 1..
“ hallo” sura Cath terdengar di ujung sana. Dhyland mengehembuskan nafas leganya. Entah mengapa mendengar suaranya menghasilkan suatu semangat tersendiri, semangat untuk mewujudkan impian rahasianya itu.
“hallo, dhyland?? Ada apa?” ujar Cath sekali lagi. Dhyland tersadar dari lamunannya, namun ia masih tidak tau apa yang ingin dia bicarakan
“ oh, ya hallo, aku hanya ingin mendengar suaramu” ujar dhylan menggoda
“ ah, kau ini. Buat aku malu saja” ujar Cath seraya menunduk. Mukanya kontan memerah. Untung saja Dhyland mengucapkan itu di telfon jadi lelaki itu tidak dapat melihat wajahnya yang bersemu merah. “ ingatlah pacarmu, jangan sampai kau membuatnya kecewa” lanjut cath cepat
“ haha, kau ini. Jangan bilang kalau sekarang kau sedang tersipu malu dan mukamu memerah” goda Dhyland, tak menghiraukan masalah pacar yang Cath katkan
“ ah tidak. Tentu saja tidak” ujar cath cepat. “ lalu apa sebenarnya yang ingin kau katakana sampai – sampai kau menelfon ku malam – malam begini?” ujar Cath dengan nada kesal
“ aku hanya ingin memastikan besok kita jadi pergi ke taman atau tidak” ujar Dhylan
“ tentu saja jadi, apakah kau ada acara?”
“tidak tentu saja tidak. Aku sengaja mengosongkan waktu ku besok untuk menemani-mu”
“ benarkah? wah aku merasa istimewa” jawab Cath senang
“ yasudah cepatlah tidur jangan sampai kesiangan besok. Oke”
“ oke” ujar cath hendak menutup telfon.
“tunggu” ujar Dhyland “ satu lagi, aku tidak punya pacar” ujar dhyland lalu menutup telfonya setelah ia mengucapkan salam.
Cath masih terus menempelkan telfon itu di telinganya walaupun dhyland sudah menutup telfonya. Sebelah tangannya menutup mulutnya yang terbuka, menandakan betapa terkejutnya ia mendengar ucapan dhyland. Untuk apa Dhyland mengucapkan itu? Apakah ia tidak salah dengar?ia melemparkan tubuhnya ke atas kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Ia terus memikirkan kata – kata Dhyland tadi. Apa maksudnya ia mengatakan itu? Betapa sesak dadanya hanya karena satu kalimat itu.
Aku tidak punya pacar. Kata – kata itu terus terngiang ditelinganya hingga ia jatuh tertidur
***
“waaawww ramai sekali… aku benar – benar merasakan atmosphere itu disini. Banyak sekali wangi mimpi yang ku hirup disini, benar begita kan Dhyland? ” ujar Cath riang seraya menatap Dhyland, dan tepat pada saat itu Dhyland juga sedang memandangnya lekat. Mata mereka bertemu. Cath merasa jantungnya merasa berhenti berdetak, udara disekelilingnya hilang, dunia terasa berhenti saat itu.
Ah rasa itu! Rasa itu datang kembali. Batin Cath dalam hati. Ia segera mengalihkan wajahnya dan berlari riang kearah danau untuk menutupi kegugupannya. Dhyland hanya menggeleng pelan melihat kelakuan gadis itu. Seraya terseyum ia mengikuti gadis itu dari belakang.

“bagaimana menurutmu?” ujar Cath seraya menyerahkan laptopnya kepada Dhyland. Dhyland membaca dengan seksama tulisan yang tertera dilayar laptop itu, sementara gadis itu kembali menatap Dhyland dengan tatapan kagum.
“lalu apa maksud tulisan ini?” ujar dhyland membuyarkan lamunan Cath. “ maksud kalimat ini” ujar dhylan seraya menunjuk sebuah tulisan
Have you ever wondered which the most hurts :
1. Saying something and wising you had not, Or
2. Saying nothing and wishing you had
“oh itu? Heemm aku Cuma berfikir aja. Banyak orang yang ngelakuin dua hal itu, ada orang yang sebenernya punya semuanya cuman dia malah gak menginginkan semua itu, dan ada juga orang yang selalu aja mengatakan dia cukup, atau dia gak butuh sesuatu, padahal sebenernya dia bener – bener menginginkan hal itu. Itu semua termasuk mimpi kan?” Tanya Cath
“ iya itu semua memang tersmasuk dari mimpi” ujar Dhyland
Termasuk mimpiku untuk…..ujar Dhyland dalam hati namun ia dikagetkan oleh cubitan Cath pada lengannya. Lalu ia melihat Cath tertawa sambil berlari, saat itu dhyland segera mengejarnya.
Udara siang itu terasa sangat menyejukan bagi mereka. Terik matahari tak lagi mereka hiraukan, hanya canda tawa dan rasa bahagia yang mereka rasakan. Mereka terus berlari tanpa henti. Sampai pada suatu ketika Cath tersandung batu dan Dhyland dengan sigap menangkap tubuh Cath. Cukup lama mereka memandang satu sama lain, hingga beberapa menit kemudian mereka di kagetkan oleh dering ponsel Dhyland. Dhyland segera meletakan Cath diatas rumput dan berjalan menjauhi Cath seraya mengangkat Telphone.
“ yes sir?” ujar Dhyland sopan. Lama mereka terlibat pembicaraan yang cukup lama.
“next week?? As I know that should be for next mounth not for next week? Correct me if I wrong!” Raut wajahnya berubah seketika setelah beberapa saat ia menerima telephone. Cath memandang Dhyland dengan wajah was – was, pikiran-pikiran negative mulai merasuki pikirannya.
Dhyland kembali duduk di samping Cath. Cath hendak bertanya, ia membuka mulutnya lalu menutupnya kembali tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
“ Cath kita pulang” ujar Dhyland singkat serya berdiri. Ia bingung apa yang terjadi pada Dhyland.
Cath hanya dapat mengikui Dhyland dari belakang. Ia kembali menatap wajah lelaki itu ketika sampai di mobil. Mereka hanya diam tanpa berbicara satu sama lain selama perjalanan pulang . Ketegangan diantara mereka mengalahkan niat mereka untuk berbicara.
***
“ apa kau bilang?? Co – ass?? Di jerman?? 3 tahun?? Kau pasti bercanda Dhyland. Sungguh kali ini bercanda muu kelewatan” ujar Cath dengan nada tinggi dan air mata yang mengambang siap jatuh.
“cath dengarkan aku. Dr.Zach menelponku di taman 3 hari yang lalu, kau masih ingatkan kejadian itu? Kejadian ditaman?” ujar dhyland yang hanya dibalas dengan tatapan sengit Cath
“ okey, bukan hanya kau yang di kagetkan dengan berita ini. Aku juga. Aku tidak tau kalau keberangkatanku akan di percepat”
“ oh bagus! Jadi sebelumnya kau sudah mengetahui tentang keberangkatanmu ke jerman dan kau merahasiakannya padaku?! Kau jahat dhyland!!” ujar cath emosi dan dengan air mata yang tak dapat di bendung lagi
“hei dengarkan aku. Aku juga baru mengetahui berita itu beberapa minggu yang lalu. Dan pada saat itu aku tidak ingin merusak suasana hati kau. Demi tuhan tak ada satu niat pun untuk membohongimu tentang semua ini”
“ dhyland aku mengenalmu sudah sangat lama! Tak pernah ada satupun rahasia yang kita sembunyikan. Aku selalu memberitahu kau tentang semua perasaanku dan keinginanku! Kecuali… kecuali…” nada cath melemah hingga Dhyland harus mendekatkan wajahnya untuk mendengar apa yang Cath katakana
“Kecuali apa?” ujar dhyland meyakinkan kalau pendengarannya memang benar
Kecuali keinginanku untuk menjadi pacarmu.
“kecuali keinginanku untuk mempunyai boneka Barbie seri terbaru” ujar cath sekenanya dan berjalan menjauh ke arah dapur
“hahaha ternyata selama ini kau penggemar Barbie juga? Aku kira wanita sepertimu anti terhadap barang – barang tersebut”
“hei apa maksud kau mengatakan wanita sepertimu? Memangnya wanita macam apa aku” ujar Cath seraya membuat coklat panas
“ ya seperti itulah… haha” ujar dhyland sekenanya
“ ya maksudnya seperti apa?” ujar cath seraya memberikan secangkir the hangat dan duduk disebelah dhyland
“ sudahlah lupaka saja. Ngomong – ngomong kau akan mengantarku ke bandara kan minggu depan?” Ujar Dhyland.
“ ya tentu saja! Jika kau ingin semua orang melihatku menangis meraung – raung atas kepergianmu!! Dan memanggil namamu dengan interkom “DHYLAND KEMBALI JANGAN TINGGALKAN AKUU” ujar cath melantur
“ haha kau ini! Ayolah…. Buatlah kesan baik sebelum sahabatmu ini pergi!” ujarnya seraya mengusap kepala Cath
“ lihat saja nanti, kalau aku tidak sibuk bertemu redaksi majalah”
“ okey okey… aku akan berdoa supaya pada hari itu redaksi majalah itu sakit perut dan diare sehingga kau akan datang ke bandara dan memanggil namaku via interkom” ujar dhyland yang hanya di balas cibiran oleh cath.
“ okey aku pulang dulu sudah malam! Bye..” ujar Dhyland
“tunggu kau belum mengatakan wanita seperti apakah aku?” ujar cath penasaraan yang hanya dibalas dengan senyuman oleh dhyland
“Dhyland!!!” bentak cath, dhylan pun berhenti di depan pintu dan membalikan badannya
“apa?”
“jawab pertanyaanku!!!” bentak Cath
Dhyland menarik nafas panjang kemudian tersenyum. “ kau seperti wanita Idamanku” ujarnya lalu membuka pintu dan menutupnya kembali. Cath hanya tepaku didepan pintu. Pintu yang baru saja di lewati Dhyalnd. Cath menjatuhkan dirinya ke sofa. Ia kembali berfikir kenapa Dhyland selalu saja membuatnya sesak nafas hanya karena satu kalimat!
***
“hei hei… mau sampai kapan kau akan menangis? kau mau semua orang dibandara menganggap aku telah menyakitimu?” ujar Dhyland panic seraya menatap Cath yang sedang menghapus air matanya. Entahlah sudah berapa bungkus tissue yang sudah ia habiskan
“ ya! Kau memang telah menyakitiku! Kalau saja kau tidak berdoa tentang kepala redaksiku yang akan sakit perut mungkin aku tidak akan datang dan menangis seperti ini” ujar Cath dalam isaknya
“ ayolah Cath! Kau sudah besar.. jangan terlalu berlebihan! Aku hanya pergi selama 3 tahun, itu tidak lama bukan? Setidaknya aku akan pulang saat kau menyelesaikan novelmu”
“tapi..aku takut” ujar Cath
“ takut apa?” ujar dhyland seraya memegang tangan Cath dan menatap Cath lekat – lekat.
“ takut kalau aku akan……” tepat pada saat itu ada seorang gadis cantik yang memanggil Dhyland hingga dhyland melepaskan tangannya dan berlari kearah wanita itu.
“kehilanganmu. Karena aku mencitaimu” ujar cath lirih seraya memandang Dhyland yang sedang berbicara akrab dengan gadis itu.
Entahlah apa yang Cath rasakan. Dadanya terasa sesak dan ia sulit bernafas ketika ia memandang gadis itu berbicara akrab Dengan Dhyland. Cath merasa mengenal wanita itu, tapi dimana? Cath hanya bisa memandang mereka dari jauh dan memegang dadanya. Sakit! Itulah yang ia rasakan. Rasa sakit itu kian menjadi saat Dhylad menggandeng wanita itu dan berjalan kearah Cath.
“maaf menunggu lama” ujar dhyland seraya tersenyum bahagia tanpa tau apa yang sebenarnyac Cath rasakan “ ini Andari, teman yang waktu itu kita temui di resto jepang, ingat?”
Cath berfikir sejenak, berusaha mengingat apakah ia benar – benar pernah bertemu dengan gadis itu. lalu Cath tersadar dari lamunannya. Ya, dia adalah gadis yang ia temui bersama Dhyland beberapa bulan yang lalu. Saat itu Dhyland berkata bahwa mereka akan menemui gadis pujaannya sejak SMA, gadis paling cantik di sekolahnya. Dan saat itu Cath benar – benar ingat ekspresi dhyland pada saat itu.
Ekspresi pria yang sedang jatuh cinta.
“ ya, aku ingat. Tentu saja ingat” jawab Cath dengan senyuman yang sedikit dipaksa
“haha, senang rasanya kau ingat padaku. Kau tau Dhyland selalu bercerita tentang kamu. Haha kamu memang benar – benar gadis yang unik” ujar Andari akrab
“tunggu! Apa yang terjadi dengan matamu? Apa Dhyland telah menyakitimu?” lanjut Andari
“ tidak, tentu saja tidak” ujar Cath cepat
“ haha, tentu tidak Ndari. Dia hanya terlalu berat untuk melepaskanku. Sehingga ia terus saja menangis karena takut kehilanganku” ujar dhyland yang dibalas dengan cubitan Cath. Andari hanya menatap mereka dengan bingung lalu ia menyunggingkan sebuah senyuman. Tak lama panggilan pesawat untuk penerbangan kejerman telah diumumkan.
“okey, it’s time to go!!” ujar dhyland seraya mengembuskan nafasnya dengan berat. Lalu ia menatap cath dengan lekat “kau tidak akan menangis lagi kan? Atau sekarang kau akan memanggil namaku di interkom?” godanya
“tidak tentu saja tidak! Sudahlah cepat pergi. Sebelum kau ketinggalan pesawat dan menambah penderitaan ku disini!”
“ penderitaan apa maksudmu?” ujar dhyland kaget
“ sudahlah” ujar Cath seraya mendorong dhyland
“ okey okey” ujar dhyland cepat seraya mengusap kepala cath, lalu ia beralih menatap Andari “ aku pergi, ingat semua yang ku katakan tadi? Aku mohon jangan lupakan itu"ujar Dhylan.
“ jaga dirimu baik – baik. Jangan merasa sungkan untuk menelpon kalau kau ada masalah” ujar dhyland seraya menatap wajah cath lekat. Yang hanya dibalas anggukan kecil oleh cath. Lalu dhyland perlahan berjalan menjauh dan tiba – tiba ia membalikan badan.
“ Cath aku akan kembali! Tunggu aku! Aku akan mengabulkan impianmu yang juga impianku!” teriaknya lalu ia masuk kedalam ruang pemeriksaan. Cath membalikan tubuhnya dan hendak pergi, tetapi langkahnya terhenti karena wanita disebelahnya. Ia lupa kalau selama ini ada Andari disampingnya.
“ Andari aku pulang dulu, aku ada janji bertemu dengan redaksi sore ini” dustanya
“oh ya, aku juga mau pulang” ujarnya. Lalu mereka berjalan bersama menuju tempat parkir.sepanjang perjalanan ke tempat parkir mereka berbicara cukup banyak. Dari sanalah Cath tau apa yang membuat Dhyland menyukai gadis disampingnya ini. Ia cantik, pintar, supel, ramah, sedangkat dirinya? Sangatlah jauh.
“ okey sampai bertemu nanti, senang bisa berbicara denganmu” ujar Andari ramah.
“ya, aku juga.” Ujar Cath.
***
Malam itu ia kembali tidak bias tertidur memikirkan kata – kata dhyland. Impiannya? Impian yang mana? Tentang Barbie? Tidak mungkin karena dhylan mengatakan itu juga mimpinya. Cath kembali mengusap wajahnya untuk kesekian kalinya.
***
Jakarta, 2 tahun kemudian
“ cath, minggu depan peluncuran buku mu! Cepat kau hubungi semua sponsor untuk datang.” Ujar Humas penerbit tempat novel Cath bernaung.
“ ya, sudah ku hubungi semuanya, semua tiket VVIP juga sudah aku kirimkan. Eh tunggu dulu, apakah kau masih menyimpan 1 tiket lagi? Aku lupa mengundang seseorang” ujar Cath
‘ oh tuhan, siapa yang belum kau undang? Sponsor yang mana?” ujar Humas tersebut panic
“ oh tenang saja bukan sponsor. Dia hanya temanku, aku lupa mengundangnya” ujar cath menjelaskan
“oh, sudah tidak ada! Sudahlah hanya satu orang teman yang tidak kau undang. Itu bukan masalah besar bukan??”
“ ya tentu saja bukan” ujar cath lalu menutup ponselnya. Bagaimana mungkin ia lupa mengundang Dhyland? Sebenarnya ia tidak lupa,ia hanya takut kecewa kalau ia mengirimkan undangannya. Ia takut dhyland tidak hadir. Jadi untuk apa ia mengundangnya kalau nantinya hanya akan membuat kecewa.
***
Jerman, 4 hari kemudian
Dhyland memandang dua buah lembar tiket yang ada di kedua tangannya dengan senyuman . Lembar disebelah kanan adalah lembar tiket launching novel Cath yang ia dapatkan dari Andari, dan yang sebelah kiri lembar Tiket pesawat untuk ke Jakarta. Besok adalah penerbangannya. ia memilih Jam yang paling pagi dan berharap ia akan sampai tepat waktu. Ia berjanji akan mewujudkan impiannya dan impian Cath, dan ia harus menepatinya.

***
Jakarta, hari peluncuran novel “ A Dream”
Cath duduk di panggung atas bersama para editor dan ketua redaksi dan pimpinan dari penerbit dimana novelnya di terbitkan. Cath dengan lihai menjawab pertanyaan, seraya sesekali pandangannya menyapu isi hall untuk mencari orang yang sangat ia nanti. Tetapi sesering apapun ia mencoba mencari sesering itu pula hatinya serasa di remas. Dua tahun tanpanya adakah suatu hal yang sangat sulit. Apalagi ia harus dihadapi pada kenyataan bahwa mimpinya tidak akan terwujud.
Tanpa sadar Cath melamun dan kembali mengingat kejadian – kejadian yang sudah ia alami bersama dhyland. Orang yang selama ini menjadi tumpuan atas semua mimpinya. Namun sekarang ia entah dimana. Sudah hampir 3 bulan terakhir mereka tidak berkomunikasi. Cath kembali menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. ia melirik kearah Humas yang sedang memperhatikan direktur berbicara.
Lalu secara mengejutkan, humas tersebut mengedipkan matanya, dan ia menunjuk arah pintu masuk. Cath menangkap sesosok tubuh tegap seorang laki – laki. Sepertinya ia mengenal laki – laki itu. cath menajamkan pandangannya dan lelaki itu adalah Dhyland, dia datang. Rasa senang yang cath alami memaksanya untuk tersenyum bahagia, Tersenyum lega, namun kelegaan itu hanya beberapa saat ketika ia melihat seorang gadis berjalan menghampiri Dhyland. Andari! Ya tentu saja dia! Oh cath apa yang kau pikirkan?! Runtuknya dalam hati
Dhyland berjalan kearah barisan paling depan. Ia menempati bangku VVIP yang kosong. Bagaimana mungkin Dhyland bisa mendapatkan bangku itu? seingatnya ia tidak pernah mengirimkan tiket VVIP! Oh ia lupa ada Andari yang tak lain adalah anak dari direktur utama penerbit ini.
“ Lalu apakah maksud dari kalimat terakhir novel anda? Bukankah itu terkesan menggantung” ujar salah seorang wartawan yang membuyarkan lamunan Cath
“ oh ya, kalimat terakhir itu adalah merupakan sebuah pertanyaan yang hanya bisa di jawab oleh masing – masing individu yang membaca. Karena itu adalah gambaran perasaan mereka tentang mimpi” jelas Cath tenang
“ apakah itu merupakan pengalaman pribadi anda?” ujar wartawan lainnya
“ ya itu adalah pengalaman pribadi saya. Dan sekarang saya akan menanyakan pertanyaan tersebut kepada salah satu tamu yang hadir disini. Jika ingin menjawab silahkan berdiri” ujar cath
“Have you ever wondered which the most hurts :
1. Saying something and wising you had not, Or
2. Saying nothing and wishing you had”
Seorang laki laki berpostur tegap yang baru saja memasuki ruangan itupun berdiri. Ya Tak diragukan lagi, pengunjung yang akan menjawabnya adalah Dhyland
“ saying nothing and wishing I had, that’s more hurt than anything. Kenapa? Karena tentu saja itu berarti kita tidak bisa memiliki apa yang kita inginkan, atau lebih tepatnya kita impikan” ujar Dhyland penuh wibawa
“ apakah anda mengalaminya” ujar Cath tegang
“ ya tentu saja, gadis di sebelah saya ini tau betul tentang mimpi saya, namun ia belum bisa membuatnya menjadi kenyataan” ujar Dhyland seraya melirik Andari dan hanya dibalas dengan senyuman oleh Andari
“ apakah impian anda berupa…. Gadis?” ujar Cath. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian untuk bertanya seperti itu
“ya” ujar Dhyland singkat
“siapa gadis itu?” Tanya cath dengan mata berkaca – kaca
“ kamu, Catherinne Sanjaya” jawabnya tegas, seraya berjalan menghampiri Cath di atas panggung. “ dan saya harap anda dapat mewujudkan impian saya. Impian terbesar dalam hidup saya” ujar dhyland saat tiba di depan Cath. Kini, semua mata memandang mereka berdua, menunggu kejadian apalagi yang akan terjadi.
“maksud kau? Aku adalah gadis impianmu?” ujar cath dengan mata berkaca-kaca
“ ya, kau lah impian ku” ujar dhylan mantap “ lalu apakah mimpiku akan jadi kenyataan?” lanjutnya. Suasana semakin hening. Semua orang tegang dan menahan nafas menunggu jawaban cath.
“ Dr. Dhyland your dream being come true now” ujarb cath seraya memeluk dhyland. Air mata bahagia tak dapat di bendung lagi. Semuanya tumpah menjadi satu. Suara kilat blitz kamera terdengar dimana – mana. Banyak pula pengujunung yang turut menitikan air matanya. Cath memandang kearah andari, ia melihat andari memberinya acungan jempol dan tersenyum bangga
“ lalu bagai mana dengan impian anda?” ujar salah satu wartawan “apakah sudah terwujud?” ujar watawan lainnya yang disambut dengan riuh
“ tentu saja sudah” ujar dhyland yang langsung membuat suasana hening. “ maksud saya akan segera terwujud” ujarnya lalu ia melepaskan pelukan cath dan berjalan kearah bangku. Ia mengambil sebuah kantong besar. Semua orang bertanya – Tanya apa isi kantong tersebut. Ia berjalan mendekati cath
“ apa itu?” Tanya Cath
“ impianmu!” ujar Dhyland singkat seraya mengeluarkan isi kantong tas tersebut.. sebuah boneka Barbie dengan baju pink menyala, persis seperti yang cath katakana saat ia mencoba membohongi Dhyland
Cath hanya menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menahan tawanya agar jangan sampai meledak, namun hal itu hanya sia – sia
“ hahahaha, astga Dhyland kau benar – benar mempercayainya?” ujar Cath ditengah tawanya yang hanya dibalas senyuman Dhyland. Cath meraih boneka itu dan langsung memeluk Dhyland, tawa serta tepuk tangan tamu undangan bergema di seluruh penjuru hall.
“kau mimpi terindahku” bisik Dhyland seraya mengecup kening Cath….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar