Rabu, 26 November 2014

Sekeping Kenangan Dalam Secangkir Kopi

Saya mulai mencintai kopi saat dia yang saya cintai diam-diam memperkenalkan saya bagaimana nikmatnya minuman hangat dengan aroma eksotis tersebut..

Saya jatuh cinta setengah mati dengan secangkir kopi hitam pekat.Dalam secangkir kopi hitam pekat dengan aroma menggoda, kenangan itu mulai datang menggelitik hati.

Baiklah, mari jeda sejenak untuk menyesap kopi panas yang masih mengepul. Hemmm.. Aroma yang menyesaki saluran pernafasan dengan lancang selalu datang bersamaan deengan kenangan yang menghantam hati dengan tanpa permisi.

Kenangan demi kenangan kembali terputar dengan jelas, kembali memaksa memori ini untuk bekerja di luar kendali. Saya kembali tersenyum membayangkan dia, yang bahkan namanya saja tak berani ku sebut.

Menikmati kopi hitam pekat yang masih mengepul, mengajarkan saya banyak filosofi. Salah satunya, tentang cinta. Baiklah ini adalah filosofi yang saya ciptakan sendiri. Menurut saya mencintai dia secara diam-diam sama halnya seperti kopi yang saya minum belakangan. Warna kopi tersebut hitam pekat, tapi mempunyai aroma yang tidak pernah berhenti membuat saya tersenyum lega. Refresh! Sama halnya seperti mencintai dia, suatu hal yang menyenangkan, dan membuat hari saya lebih bahagia dan cerah dari yang seharusnya, namun mempunyai masa depan yang gelap. Karena hanya satu pihak yang berharap.

Sekarang sudah banyak jenis sajian kopi, mulai cappuccino, frappucino, atau apapun itu. Tapi saya tetap memilih yang lama. Tetap memilih kopi hitam pekat dengan segala pesona pikatnya, dan saya tetap memilih dia. Sosok yang akkan saya cintai setengah mati tanpa peduli bahwa ia tidak mengetahui.

Yuk, mari menikmati secangkir kopi hangat dengan kenangan sebagai sajian pendamping :)

Twitter: @ayusetioardi_
facebook:Ayu Wulandari Setioardi

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi #DibalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh NESCAFE Indonesia.

Senin, 19 Mei 2014

Review "Surat Untuk Ruth"

Review kali ini saya akan membahas novel "Surat Untuk Ruth" Novel terbaru karya novelis favorite saya Bernard Batubara.

saat membuka halaman pertama, bait terakhir pada ucapan terimakasih, saya tertegun

"Selamat Membaca. Selamat Kehilangan" begitu tulisannya.

Bara memang sangat lihai dalam merangkai sebuah kata. Dan hanya pada dua kalimat terakhir pada ucapan terimakasih, saya menancapkan pandangan saya cukup lama. mungkin lebih lama dari pada saya membaca satu bab buku Bara lainnya.

Lewat tulisannya, Bara mampu mengajak saya untuk merasakan indahnya jatuh cinta, dan pahitnya ditinggalkan. Gaya penulisan yang menurut saya mempunyai cirikhas tersendiri. kalimat itu seperti berbicara 'ini loh kalimat Bara. bukan penulis yang lain"

Bara kembali dengan cerdas mengutarakan pendapatnya tentang konsep sayang. tentang konsep cinta. mengingatkan saya tentang novelnya sebelum ini yang berjudul "Kata Hati" Pada novel itu bara menggambarkan bahwa sebenarnya cinta tidaklah selalu Putih ataupun selalu Hitam. tetapi cinta itu abu-abu. samar. tidak ada yang benar-benar putih, ataupun benar-benar hitam.

Dalam novelnya kali ini Bara menyampaikan cerita dengan cara yang berbeda. bara menulis dalam bentuk surat yang sangat manis. sem[at muncul pertanyaan dibenak saya, Siapa Ruth? kok ada senja juga? apakah ada kaitannya dengan Milana? setelah membaca semua itu, akhirnya saya mengerti, Bagaimana akhirnya muncul pernyataan "gadis penunggu senja Di jembrana"

saya kembali terkesan dengan Julukan Perepmuan Victorinox yang dapat bara temukan dan menguatkan lagi karakter Ruth dalam novel ini. Hingga mengingatkan saya tentang cinta pertama Bara yang ditulisnya dalam sebuah buku kumpulan cerpen "Cinta Pertama" yang berjudul "Didalam Mata Dila"

pada bab Kapal Yang Terbakar Senja, mengingatkan saya kembali pada cerita Milana membuat saya menerka-nerka... apakah memang ini adalah alasan perempuan itu menjadi penunggu senja

bicara masalah Senja, Bara memang penulis yang gemar menuliskan keindahan senja. dan pada akhirnya sekarang saya memang Jatuh cinta dengan Senja, itu karena kamu Bara.

pada Bab Ada yang Luput di Keheningan Ubud, saya kembali terdiam. bagaimana bisa seseorang mengatakan cinta pada saat Ia harus melepaskan cintanya. saya gemas bukan main. saya seolah ingin berteriak "Hei Ruth, ikuti kata hatimu! Are mencintaimu".

dan pada bab Rahasia, badan saya ikut gemetar membayangkan apa yang sudah dilakukan oleh Ruth. saya merasakan kepedihan seorang gadis yang harus melepas Cintanya hanya karena satu kata "Demi Mama"

Bara mampu membalikan dunia saya, menyedot saya kedalam cerita bagaimana kisah Are dan Ruth yang saling mencinta tetapi terluka karena tidak bisa bersama.

bagaimana Bara mampu membuat imajinasi saya berkembang bebas karena deskripsi mendetail dari novel ini.

Dan pada Bab terakhir, akhirnya pertahanan saya Runtuh. Memoar Are yang dituliskan untuk Ruth menjelang hari "paling mengerikan sedunia" baik bagi Ruth ataupun Areno mampu membuat kornea mata ini memproduksi airmata yang diluar kendali. padahal saat itu saya sedang dalam kelas Advance Financial Methodologi Reaserch. bisa dibayangkan betapa malunya saat teman sebelah bertanya "Kamu kenapa?" dan saya hanya menunjukan buku ini, dengan halaman yang basah. teman saya hanya menggelengkan kepalanya pelan, lalu kembali mengerjakan jurnalnya. sedangkan saya melanjutkan kembali sensai sakit hati yang masih saja terus berjalan. seolah saya ingin bilang "Areno Adamar, saya disini, untuk kamu." haha





disini saya hanya akan menambahkan 1 Maaf, dan 1 Terimakasih bara. Terimakasih sudah menuliskan kisah dengan sangat Romantis

Maaf, Aku tak suka buku ini. karena aku, Kembali Jatuh yang teramat dalam, untuk kesekian kali.

Sincerly

Ayu Setioardi
Orang yang kau buat jatuh untuk kesekian kali, karena bukumu

Selasa, 01 April 2014

Surat Untuk Mantan

Teruntuk kamu lelaki yang dulu pernah meminjamkan rusuknya pada ku,

Hai kamu, apa kabar? Lama tak berjumpa denganmu. Mungkin lebih dari dua ratus lima puluh hari yang lalu. Aku tak pernah tau kapan waktu tepatnya kita benar-benar berpisah dan tak bertemu. Karena memang kamu yang masih suka menyapaku, atau aku yang memulai lebih dulu saat rindu mulai menyesaki dadaku. Kamu adalah lelaki yang special dalam hidupku. Namamu selalu menjadi highlight didalam pikiran maupun hati. Entah, mungkin mereka mengatakan aku adalah perempuan bodoh, karena mengapa aku masih saja mengharapkanmu saat kamu telah memberika tulang rusukmu pada wanita yang lain, sedangkan aku?masih saja berharap kamu hanya pergi sebentar, dan akan kembali lagi menitipkan tulang rusukmu.

Hai kamu, apakah wanita itu mencitaimu sebesar aku mencintaimu? Kalau tidak, aku masih disini, menunggu kamu untuk kembali lagi. Mungkin aku bodoh, karena aku memutuskan menaruh hati pada orang yang salah. Setela h lama aku merasakan hampa karena kehilangan, setelah sekian lama aku merasa sendirian, kamu datang. Namun hanya sebentar. Karena kamu bilang tidak ada yang selamanya, termasuk kita. Aku hanya diam dan menunduk, berharap aku tidak pernah bertemu kamu dan melukai hatiku jauh lebih dalam dibanding dia yang lain yang pernah meninggalkanku selamanya. Iya selamanya itu ada, saat yang lama pergi ke alam baka.

Hai kamu, ingatkah saat manis kita bersama? Saat-saat yang membuat pipiku selalu bersemu saat mengingat semua itu. Saat kau dengan susah payah datang ke kampus, menemani aku makan karena kamu tahu, aku tidak bawa dompet? Ingatkah kamu saat aku mulai lelah dan ingin bermain bersama hujan, kamu datang mengejarku dan memberikan jaket hitam kamu yang bau? Iya bau. Tapi kamu bilang,
“ini bau laki-laki. Kan aku macho!”
iya, sampai sekarang aku masih tertawa jika mengingat kata-katamu waktu itu. Banyak sekali kenangan yang terekam jeelas di memoriku, mungkin tidak di memori kamu. Karena aku tahu, kamu bukan tipe orang yang mudah mengingat, seperti aku yang sekarang mungkin sudah kamu lupakan. Atau sekarang ingatanmu sudah penuh dengan perempuan itu? Akupun tak tahu. Apapun aku tidak tahu tentangmu. Yang aku tau kamu pernah mengatakan aku satu-satunya, lalu tak berapalama kamu berkata, bahwa kamu salah.

Hai kamu, jangan bosan ya membaca suratku ini, aku hanya ingin meyakinkan, apa benar kamu benar-benar telah melupakan aku. Mama bertanya kamu kemana , tapi aku bingung mau jawab apa. Mama rindu kamu juga. Mama rindu saat kamu memanggilnya ibu dan mengecup lembut tangannya. Mama bilang kamu lelaki yang sangat bertanggung jawab dan dia suka kamu. Aku tak sanggup mengatakan pada mama kalau kita sebenarnya sudah tidak bersama. Aku tak sanggup melihatnya kecewa. Cukup aku saja yang kecewa, jangan mama.

Hai kamu, Bagaimana kalimantan? Panas ya? Sabar ya, setelah tugas dari papamu selesai kamu akan kembali kesini. Oh iya maaf, mungkin wanita itu telah mengucapkannya lebih dulu dibanding aku. Pada saat aku menulis kalimat ini sebenarnya aku sudah tidak tahu lagi apa yang akan aku tulis, terlalu penuh, terlalu sesak, banyak yang ingin aku sampaikan tapi tak tahu dari mana dulu, yang intinya aku tahu, bahwa aku rindu kamu. Rindu tawamu, rindu pelukan hangat 30 detik sebelum perpisahan, rindu kecupan didahi, rindu ucapan “aku disni, sama kamu. You’re safe hon..”, rindu tawa renyahmu yang membuat semua hal menjadi lebih cerah dan lebih indah daripada seharusnya. Rinduku sudah berlebih, dadaku sudah tidak sanggup mennanggung semuanya, jadi jangan salahkan aku kalau pada kalimat ini tulisan pada layarmu terlihat berbayang, iya aku mulai menangis, melampiaskan dan meluapkan rinduku. Sudah dulu ya Za, baik –baik disana. Jaga wanitamu, jangan buat dia kecewa, jangan buat dia menangis. I know Za, you’re a good Lover.


Kiss and hug from your Ex slash your admire

Ps: kamu tahu kemana kamu bisa menghubungiku ketika rindu itu juga mulai menyerangmu

#NP when I was your man- Boyce Avenue (continuously)
#NP orang ketiga- hiVi

tulisan ini diikutsertakan untuk lomba novel #suratuntukruth novel Bernard Batubara