Kamis, 10 Maret 2011

UNTITLED (based from my story, this is true story)



UNTITLED
(Based from True story from the author)
Ayu Wulandari Setioardi
Entah untuk keberapa kalinya hari ini aku berusaha menyampaikan rinduku padamu, lewat angin yang berbisik sayu. Ya sejak kejadian Menyedihkan itu, kejadian yang merenggut segalanya. Kejadian yang membuat semua angan, harapan dan angan kita melayang jauh, terbang meninggalkan kita. Jari - jariku terus menari indah di atas keyboard laptop ini, berusaha meminimalisir kepingan – kepingan masa lalu yang memutar kembali kisah kita. Ya, kisah syahdu yang selalu membuat hatiku meringis pilu.
***
“ Sayang, semuanya udah siapkan?? Jangan sampai ada yang ketinggalan, ingat perjalanan kamu kali ini panjang loh!” Ingatku
“ ada bagian dari diriku yang sengaja aku tinggalkan” Ujar Kevin mantap seraya menatapku dalam
“ yang sengaja kau tinggalkan? Ohh Kevin come on beib, nothing time to wasted! “ jawabku ketus
“ no, no.. listen to me.” Ujar Kevin serius seraya membimbing tanganku kearah dada bidangnya. “Hati ini, yang sengaja aku tinggalkan. Aku titipkan padamu. Kamu mau kan?” Ujarnya mantap dengan pandangan Lurus. Aku hendak membuka mulut namun niat itu aku urungkan. Aku hanya dapat tersenyum malu, menitikan air mata, dan memeluknya.
“ Yes I will beib” Ujarku seraya melepaskan pelukannya. “okey Vin, it’s time to go! Kamu bakal ketinggalan pesawat tau gak” Ujarku searaya menariknya dan segera membimbingnya keluar.
Dalam perjalanan ke Bandara entah mengapa hati ini bergumul tak menentu. Yang satu perasaan lega sekaligus bangga karena Kevin, pria yang aku cinta mendapat beasiswa di salah satu Universitas ternama di Singapura, yang kedua hati ini menahan luapan rasa yang tak menentu, yang membuat semuanya terasa semu. Ya pandanganku mulai kabur. Entah mengapa tanpa di perintah kornea mata ini memproduksi air mata pada saat yang tidak tepat.
“ Sayang Kamu kenapa?” Ujar Kevin Lembut.
“ Enggak, aku Cuma lagi mikir aja, sanggup gak ya aku nyimpen amanat kamu. Tetep nyimpen hati kamu disini” Ujarku Lemah seraya meletakan tangan di dada.
“ Aku yakin kamu bisa. Kamu itu utusan yang tuhan kirimkan saat aku bertanya tentang kesetiaan, jadi sekarang kamu jangan nangis lagi. Ya?” Ujar Kevin seraya menghapus air mata dengan jemarinya. “Aku gak mau ngeliat lagi malaikat kecilku ragu. Ya?” Lanjutnya
“ Sip bos. Maaf ya..” Ujarku manja seraya menyandarkan kepalaku di dada bidangnya,dan Kevin membelai lembut rambut panjangku. Entahlah pada saat – saat seperti ini aku mengharapkan waktu berhenti. Aku ingin terus disampingnya, menua bersamanya.
Mobil kami sampai di terminal D1. Penerbangan luar negri. Aku dengan langkah mantap menemaninya menuju ruang tunggu pesawat. Melihat jadwal keberangkatan pesawat. Berharap tulisan di papan itu berubah menjadi delayed bahkan menjadi canceled. Mungkin pikiran itu picik, namun itulah yang kuinginkan sekarang. Apapun akan kulakukan agar aku bisa lebih lama berdiri di samping Kevin. Ya Kevin memang menjadi prioritas utamaku setelah orang tuaku pergi entah kemana. Ya mereka memang bekerja untuk-ku, namun materi bukan segalanya, cinta dan kasih lah yang sebenarnya dapat memberikan aku kebahagiaan sempurna.
Nah, aku sudah mulai meracau tak tentu arah. Sekarang mari kembali ke topic utama. KEVIN. Ya dia pria yang telah mendampingiku selama 2,5 tahun. Pria yang telah membuatku tenang, karena aku dapat menyampaikan tugas utama seorang Hawa. Yaitu mengembalikan tulang rusuk yang Adam pinjamkan untuk membangkitkan seorang Hawa. Aku mulai yakin kalau memang rusuk yang di dalam tubuhku adalah rusuknya, karena cintanya telah menyelami tubuhku, darahku, jantungku, dan membuat segalanya tentangnya menjadi candu.
“ Sayang, aku harus Boarding” Ujar Kevin yang membuyarkan lamunanku
“ Ah, ya.. kamu ati-ati ya. Inget hati kamu kan udah sama aku, jadi gak bisa lagi di kasih ke siapa- siapa lagi. Ya?”
“ Pasti sayang, sampai di sana aku langsung telpon kamu. Jangan silent HP kamu, jangan jauh – jauh dari hp kamu. Jangan…”
“ iya sayang. Aku bakalan pegang HP ini terus… okey!” Potongku
“Sip. It’s time to go beib. I’ll miss you so bad! Baik – baik ya kamu. I love you” Ucapnya seraya memeluk tubuhku. Dan tak lupa mendaratkan satu kecupan manis di dahi
“ yap. Take care honey. I do love you too!” ujarku seraya melepaskan pelukannya. “ udah sana masuk. Nanti ketinggalan pesawat lagi, hehe.” Setelah bertukar kata singkat Kevin masuk kedalam ruang Boarding pass, aku hanya melihatnya dari kejauhan. Langkah kakiknya yang menjauh pergi seakan perlahan menarik sedikit demi sedikit perasaan dari hati ini. Menimbulkan gesekan yang membuat hatiku sedikit ngilu, ya aku mulai merasakan rindu.
Kevin berbalik, memberikan lambaian tangan dan senyum terbaiknya. Yang membuatku yakin mengapa aku tak perlu surga di dunia, ya karna senyumannya membuat segalanya berubah Indah. Setelah membalas lambaian tangannya aku berbalik pergi menuju parkiran.
“ Ayok pak pulang” Kataku pada supir keluarga Kevin
“ Mba, ini ada surat dari Mas Kevin tapi katanya jangan di buka dulu sebelum Mas Kevin telpon” Ujarnya sopan
“ Ah, iya. Makasih ya pak min. ayok pak kita pulang” Lanjutku
----
Jam sudah menunjukan pukul 7 Malam. Seharusnya Kevin menelpon dari 2 Jam yang lalu. Tapi sampai saat ini HP ini belum menunjukan tanda-tanda bahwa Kevin akan menelpon.
“Kriiinnggg”
“Hallo beib?” Ujarku Spontan
“ Ejiiiieeeeeeeeeee lagi nunggu telpon dari AA Kevin ya? Hahaha” ledek niza
“ Ah, elo. Udah ya matiin dulu telponnya. Gue lagi nungguin Kevin telpon nih, ya ya ya??”
“ iyaa, ya udh deh, nanti lo aja ya yang telpon gue” Lanjut Niza
“ iya, ya udah ya, bye!” Ujarku seraya menutup telpon tanpa perlu persetujuan Niza. Aku kembali menunggu. Waktu terasa begitu cepat. jam sudah menunjukan pukul 21.30 tapii Kevin tak kunjung telpon. Sudah ku coba berusaha menghubungi Hanphone-nya berkali – kali namun tetap nihil. Hanya suara Operator yang menjawab puluhan telponku. Tak lama Handphoneku berdering, tertera nama Bunda_Kevin . mendadak rasa panik menyergap tubuhku.
“Halo bunda” Ujarku sopan
“…….”
“halo bunda. Bunda…. Bunda bisa denger aku kan Bun?” kataku lagi
“ Halo Sayang, ya Bunda dengar suara kamu” Ujar bunda dengan suara Parau. Suara seseorang yang seperti dalam tekanan besar.
“ Ada apa Bunda, tumben telpon Aya malem-malem gini. Oh iya Bund, Aya dari tadi nyoba telpon Kevin tapi HPnya masih gak active. Kevin udah sampe singapur kan bund?” tanyaku
“ Aya… Bunda telpon kamu bunda mau kasih kabar… kalo… kaloo…. Kevin….” Bunda tak melanjtkan kata-katanya. Tapi aku mendengar tangis bunda pecah. Tuhan ada apa ini, tolong jangan sampaikan berita buruk tuhan..
“ Bunda Kevin kenapa bunda?? Bunda tenang ya? Jangan nangis dulu. Cerita pelan – pelan ya Bunda. Ayah mana?” Jawabku berusaha menutupi keteganganku
“ Kevin… Kevin sudah pergi Aya. Kevin… Kevin Meninggal” ujar Bunda diiringi suara tangisnya
“……” kini giliranku yang tak dapat merangkai kata. Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepala ku. Begitu banyak sehingga aku tak tahu bagai mana aku mencerna semua itu. apa arti kata Pergi? Meninggal? Ah semuanya mendadak mendesak kornea mataku mengeluarkan cairan bening itu lagi.
“ Aya, ini Ayah. Aya… kamu bisa dengar Ayah?” kini Ayah Kevin mengambil alih telpon. Bunda jatuh pingsan rupanya
“ Ya ayah, Aya dengar ayah” ujarku parau. Tak sadar aku telah menangis.
“ Aya, mobil yang jemput Kevin di Bandara kecelakaan. Pecah ban. Ayah juga masih belum jelas kronologisnya. Kevin meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Tulang rusuknya patah sehingga menusuk jantungnya” Jelas Ayah panjang lebar. Aku tak lagi dapat mencerna kata – kata yang ayah lontarkan. Pikiranku buyar. Pandanganku kabur. Kevin Meninggal? Hanya pertanyaan itu yang ada di kepalaku saat ini.
Tak lama supir pribadi keluarga Kevin menjemputku. Pak Min, gak dateng sendirian. Ada Andrea disana. Sepupu terdekat Kevin. Sepanjang perjalanan Andrea menjelaskan semuanya. Aku hanya mendengarkannya dalam diam. Kornea mata ini tak henti – hentinya memproduksi cairan bening yang bernama air mata.
“ Aya, jenazahnya udah sampe. Barusan aja Ayah telpon.” Mendengar kata-kata Andrea hatiku serasa diiris sembilu. Aku tak lagi dapat berkata-kata. Semuanya lenyap. Semuanya hilang. Surat yang Kevin berikan sebelum berangkat ku genggam erat dan mulai basah terkena air mata ini. Semua kepingan masa lalu dengan sempurna memutarkan kisah kami. Kisah sepasang kekasih sejati yang pada akhirnya di pisahkan oleh maut.



Kami sampai di Depan rumah Kevin. Suasanna duka mulai menyergap. Entah rasanya kaki ini tak dapat menopang tubuh yang memikul begitu banyak keseedihan. Aku turun dari mobil dituntun Andrea. Ketika aku turun semua pandangan iba mengarah padaku. Tuhan semua berlalu sangat cepat. Baru beberapa jam lalu Kevin menitipkan hatinya, memeluku menciumku dan mengatakan I love you. Namun sekarang?? Ah memikirkannya saja membuat air mataku tak henti-hentinya mengalir.
Kini aku berada di dalam ruang tamu, tempat dimana Jenazah Kevin diletakan. Perlahan tapi pasti aku menghampiri jenazahnya. Membuka penutup wajahnya. Aku berharap saat itu bukanlah muka periang yang aku kenal. Aku berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun, semuanya menjadi nyata saat ayah dan bunda datang merangkulku. Semuanya jelas bahwa Kevin sudah tiada
“ sayang, kenapa kamu pergi?” ucapku seraya mengusap lembut wajahnya. Aku terduduk lemas di sebelahnya. “ sayang, kamu tau.. sekarang aku tak tau lagi harus bagaimana. Aku tak tau kemana lagi rusukku dan hatimu aku kembalikan. Kemana Kantung janji, Harapan, dan cinta ini aku bawa. Kemana lagi raga ini aku sandarkan. Kemana lagi air mata ini aku berikan?” aku mulai terisak di sebelahnya. “Kamu tau, hati ini mulai mercau rindu akan senyumu, tawamu, dan ucapan kata I love you. Semuanya terasa salah kalau kamu pergi. Aku baru merasa benar dan lengkap jika bersamamu. Lalu bagaimana aku melanjutkan hidupku?” racauku tak jelas. Semua mata menatapku penuh iba. “ Sayang, surat ini tak pernah kubaca, sampai kau menelpon. Itukan yang kamu amanahkan pada pak Min?” kini pandanganku mulai kabur. Aku melihat semuanya menjadi putih. Dan ya aku pingsan
20 menit kemudian aku sadar. Aku mulai mendapatkan suatu wahyu, yang mengatakan aku harus terus maju melanjutkan hidupku. Semuanya terasa ringan. Saat aku mengukuhkan hati untuk kembali melihat Kevin yang dibalut kafan. Aku yakin, ini adalah scenario yang tuhan berikan padaku. Selalu ada pelangi sehabis badai. Ya aku percaya itu. kini dengan senyuman aku mencium keningnya. Ya dingin. Sedingin hati dan perasaanku saat itu. aku menunduk dan berbisik sendu “ Kevin I Love you”
***
“ Aya, Kita harus pergi sekarang. Bunda udah telpon terus tuh. Katanya 40 harian Kevin gak mulai kalo lo belom datang” ujar Niza
“ iya sebentar, tanggung gue mau Closing dulu ini..” balasku seraya tersenyum. Ya sekarang semenjak aku baca suratmu Kevin, aku dapat mengukuhkan hati ini. Aku kuat. Aku tegar. Cintamu bersamaku selamanya. Kapanpun dimanapun… Kevin I loved you
Aku menutup laptop dan berhenti menullis tentang Kevin. Well, kematian seseorang bukan berarti menandakan cintanya mati. Cintanya selalu abadi. Ada di dalam sini, pada spasi yang sengaja ku beri, yang kunamakan hati.




SURAT KEVIN
Sayang, entah apa yang menuntun jemariiku menulis surat ini. Bukan hendak mendahului keputusan tuhan, namun aku merasa kepergianku kali ini bukan sekedar pergi ke Negara tetangga. Aku merasa tuhan telah membisikan dimana alamat surga.
Lewat surat ini aku hendak mengatakan apa yang belum sempat aku katakan. Ya, mungkin aku adalah pria paling beruntung di dunia, karena aku dapat mersakan cinta dan karunia dari gadis yang paling istimewa. Aku tau tugas ku untuk mencintaimu belum lah usai. Itu menjadi projek utamaku nanti di surga. Ketika semua menjadi kehidupan nyata disana, aku akan menunggumu dalam bahagia yang tak terhingga. Ingat hati yang kutitipkan padamu??itu menjadi jaminanku nanti, jika malaikat bertanya hendak kemana bidadari ini pergi, katakanlah kau akan mengantarkan hati yang lusuh ini pada penghuni blok surga di ujung sana. Semmoga malaikat itu percaya, karena rasanya tak mungkin seorang priayi sepertimu menyampaikan hati pada seorang jelata seperti ku. Ah sudahlah aku mulai bicara tak tentu. Kau tau, hatiku yang ada padamu sudah menjadi darah yang nantinya akan menyentuh hatimu secara harfiah. Kau adalah hawa yang belakangan ku ketahui tulang rusuku ada dimanna. Aya, kau adalah pelangi, kau adalah mentari, sinari lah negri ini. Jangan kau kotori dengan air mata. Aku benci itu. Aku berjanji saat semuanya sudah selesai, saat istana jiwa yang aku bangun rampung, saat cita-citamu teraih dengan sempurna. Entah dengan siapa nantinya kau bertumah tangga, aku akan menjemput kau kesini. Bersamaku. Di istana kecil yang akan kubangun dengan bahan utama rinduku. Jadi teruslah tersenyum, jadilah mentari dunia ini…. Aku sayang kamu. I loved you so much dear…


Much love
Kevin