Selasa, 01 April 2014

Surat Untuk Mantan

Teruntuk kamu lelaki yang dulu pernah meminjamkan rusuknya pada ku,

Hai kamu, apa kabar? Lama tak berjumpa denganmu. Mungkin lebih dari dua ratus lima puluh hari yang lalu. Aku tak pernah tau kapan waktu tepatnya kita benar-benar berpisah dan tak bertemu. Karena memang kamu yang masih suka menyapaku, atau aku yang memulai lebih dulu saat rindu mulai menyesaki dadaku. Kamu adalah lelaki yang special dalam hidupku. Namamu selalu menjadi highlight didalam pikiran maupun hati. Entah, mungkin mereka mengatakan aku adalah perempuan bodoh, karena mengapa aku masih saja mengharapkanmu saat kamu telah memberika tulang rusukmu pada wanita yang lain, sedangkan aku?masih saja berharap kamu hanya pergi sebentar, dan akan kembali lagi menitipkan tulang rusukmu.

Hai kamu, apakah wanita itu mencitaimu sebesar aku mencintaimu? Kalau tidak, aku masih disini, menunggu kamu untuk kembali lagi. Mungkin aku bodoh, karena aku memutuskan menaruh hati pada orang yang salah. Setela h lama aku merasakan hampa karena kehilangan, setelah sekian lama aku merasa sendirian, kamu datang. Namun hanya sebentar. Karena kamu bilang tidak ada yang selamanya, termasuk kita. Aku hanya diam dan menunduk, berharap aku tidak pernah bertemu kamu dan melukai hatiku jauh lebih dalam dibanding dia yang lain yang pernah meninggalkanku selamanya. Iya selamanya itu ada, saat yang lama pergi ke alam baka.

Hai kamu, ingatkah saat manis kita bersama? Saat-saat yang membuat pipiku selalu bersemu saat mengingat semua itu. Saat kau dengan susah payah datang ke kampus, menemani aku makan karena kamu tahu, aku tidak bawa dompet? Ingatkah kamu saat aku mulai lelah dan ingin bermain bersama hujan, kamu datang mengejarku dan memberikan jaket hitam kamu yang bau? Iya bau. Tapi kamu bilang,
“ini bau laki-laki. Kan aku macho!”
iya, sampai sekarang aku masih tertawa jika mengingat kata-katamu waktu itu. Banyak sekali kenangan yang terekam jeelas di memoriku, mungkin tidak di memori kamu. Karena aku tahu, kamu bukan tipe orang yang mudah mengingat, seperti aku yang sekarang mungkin sudah kamu lupakan. Atau sekarang ingatanmu sudah penuh dengan perempuan itu? Akupun tak tahu. Apapun aku tidak tahu tentangmu. Yang aku tau kamu pernah mengatakan aku satu-satunya, lalu tak berapalama kamu berkata, bahwa kamu salah.

Hai kamu, jangan bosan ya membaca suratku ini, aku hanya ingin meyakinkan, apa benar kamu benar-benar telah melupakan aku. Mama bertanya kamu kemana , tapi aku bingung mau jawab apa. Mama rindu kamu juga. Mama rindu saat kamu memanggilnya ibu dan mengecup lembut tangannya. Mama bilang kamu lelaki yang sangat bertanggung jawab dan dia suka kamu. Aku tak sanggup mengatakan pada mama kalau kita sebenarnya sudah tidak bersama. Aku tak sanggup melihatnya kecewa. Cukup aku saja yang kecewa, jangan mama.

Hai kamu, Bagaimana kalimantan? Panas ya? Sabar ya, setelah tugas dari papamu selesai kamu akan kembali kesini. Oh iya maaf, mungkin wanita itu telah mengucapkannya lebih dulu dibanding aku. Pada saat aku menulis kalimat ini sebenarnya aku sudah tidak tahu lagi apa yang akan aku tulis, terlalu penuh, terlalu sesak, banyak yang ingin aku sampaikan tapi tak tahu dari mana dulu, yang intinya aku tahu, bahwa aku rindu kamu. Rindu tawamu, rindu pelukan hangat 30 detik sebelum perpisahan, rindu kecupan didahi, rindu ucapan “aku disni, sama kamu. You’re safe hon..”, rindu tawa renyahmu yang membuat semua hal menjadi lebih cerah dan lebih indah daripada seharusnya. Rinduku sudah berlebih, dadaku sudah tidak sanggup mennanggung semuanya, jadi jangan salahkan aku kalau pada kalimat ini tulisan pada layarmu terlihat berbayang, iya aku mulai menangis, melampiaskan dan meluapkan rinduku. Sudah dulu ya Za, baik –baik disana. Jaga wanitamu, jangan buat dia kecewa, jangan buat dia menangis. I know Za, you’re a good Lover.


Kiss and hug from your Ex slash your admire

Ps: kamu tahu kemana kamu bisa menghubungiku ketika rindu itu juga mulai menyerangmu

#NP when I was your man- Boyce Avenue (continuously)
#NP orang ketiga- hiVi

tulisan ini diikutsertakan untuk lomba novel #suratuntukruth novel Bernard Batubara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar