Kehidupan itu gak selamanya ada diatas. Gak selamanya juga ada dibawah. Gak selamanya hitam, dan gak selamanya putih. Namun hidup itu seperti warna abu-abu. Yang tak pernah jelas antara putih atau hitam, antara bahagia atau kelam.
Kehidupan yang sebenarnya adalah ketika kita masuk kedalam rumah. Dan menemukan satu hal penting bernama keluarga. Disana, tempat yang kita sebut sebagai rumah adalah tempat paling akhir yang pasti akan kita tuju. Kemanapun kita pergi pasti disanalah kita akan kembali. Mereka yang selalu bisa menirima kita, segagal apapun kita, dan sesalah apapun kita. Seharusnya.
Dalam kelurga tidak ada yang lebih hebat, tidak ada yang lebih kuat, atau lebih perkasa. Semuanya sama. Semuanya melakukan hal yang serupa dengan tujuan yang tak berbeda, menyenangkan keluarganya. Tak ada rasa menang ataupun kalah, tak ada yang jadi juara, dan tak ada yang jadi pecundang. Seharusnya.
Saling mengulurkan tangan, membantu membereskan kepingan hati dan perasaan yang jatuh berserakan entah disudut mana. Mengulurkan tangan memeberikan bantuan tanpa didahului permintaan sebelumnya, memberikan cinta dengan kasih, bukan materi. Seharusnya.
Keluarga adalah saputangan paling jitu dalam menghapus kucuran air mata yang dihasilkan oleh kornea karena hal yang membuatnya terluka,. Penghibur nomor satu didunia, dan mesin pembuat tawa termurah yang pernah ada. Seharusnya.
Hal pertama yang harus kita syukuri adalah memliki keluarga. Apapun keadaannya, bagaimanapun situasinya, merekalah keluarga kita. Terimakasih Tuhan, atas berkah yang engkau berikan, dalam wujud keluarga.